Monday 13 December 2010

Report 1st Star Party FPA at SMP Pangudi Luhur

Hari Pertama
Akhirnya rencana FPA untuk mengadakan star party terlaksana pada tanggal 10-11 desember kemarin, dan korban pertama adalah salah satu SMP di daerah Cilandak, Jakarta Selatan haha. Awalnya beberapa pengurus lama yg berada di luar kota juga bermaksud hadir di acara perdana kita ini, sebut saja hashfi (bendahara), tri (anggota), dan calon pak dokter fpa, faisal (anggota).

Tapi apa daya, namanya perkumpulan anak2 pintar nan sibuk, para alumni OSP DKI Jakarta tahun 2009 yg hadir hanya ada 3 orang (ami, tri arreza) dan sisanya berasal dari angkatan 2010 (umar, mila, risyad, aisyah, icha) dan pastinya bersama pembina kita yg paling tampan (hahaha) mas gaby. Dan tak lupa, bantuan dari HAAJ pun juga dikerahkan dengan mengirimkan sang koordinator, ka reyhan, dan personil lainnya, ka yuda dan ka vina.

Sebelum menuju lokasi, seperti biasa, kami berkumpul di 'rumah kedua' kami, planetarium jakarta. Menurut rencana, kami seharusnya berkumpul sebelum sholat jumat, tapi ya, anda tahu lah ini indonesia hehe. Selesai packing tepat pukul 15.00 utusan pertama berangkat menuju tempat tujuan, padahal direncanain nyampe sana jam 15.00 -_-

Mau tidak mau, sesampainya kita disana, para personil FPA pun langsung turun tangan dalam workshop sundial (jam matahari). Untuk menghilangkan pandangan banyak orang tentang FPA sebagai "Forum Pengasuh Anak" (-_-) kami pun memandirikan anak-anak untuk dapat berkreasi sendiri dalam membuat sundial.

Dan ini dia karya-karya nya, keren kaaan? hahaha :DD

Kami pun sempat membuka teleskop, walaupun langit sangat tidak mendukung -,- Walaupun begitu, kami tetap have fun biar hanya mengarahkannya ke objek-objek terdekat saja hahah.

Next! yeah, materi dari mas gaby, Matahari. Awalnya saya agak ngerasa kalo materi ini cukup berat. Apalagi banyak banget ngebahas yg namanya gaya gravitasi, evolusi bintang, reaksi fusi hydrogen, helium flash, dan teman-teman astrofisika nya. Daaan, wah wah, ternyata anak-anak SMP ini pada nyambung loh ngomong beginian ckck. Terang saja, semua peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti acara satu ini. Terlebih pertanyaan-pertanyaan yg dilontarkan anak-anak smp ini cukup menyulitkan loh hahaha.

Nah, abis berstres-stres ria mendengar ocehan mas gaby (hehehe), peserta langsung diberikan secarik kertas berisikan belasan soal astronomi yg lumayaan looh. Dan para personil pun kembali turun ke lapangan untuk memberikan bantuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan basic ini (walaupun ada yg ga bisa di jawab juga hehehe).

Sayang sekali keadaan diluar sangat memprihatinkan. Gerimis ditengah malam menghancurkan harapan semua orang yang ingin melakukan pengamatan. Walaupun tanpa pengamatan, tapi malam itu juga berlangsung sangat seru looh. Gimana enggak, hampir semua peserta memilih untuk tidak tidur malam itu. Oleh karena itu, beberapa dari mereka ada yang memilih mengisi malam dengan berbagai permainan seperti bermain kartu. Dan hasilnya? ada peserta yg mengalami trauma berkomplikasi menuju kegilaan karena selalu kalah dalam bermain. Hahaha sabar yaa :D

Walaupun hanya main kartu, tidak menyurutkan minat para peserta untuk bertanya kepada para pengurus mengenai astronomi. Terbukti forum kecil juga tak sengaja terbentuk disini, entah itu membahas mengenai bulan dan lain-lain.

Hari Kedua
Mentari akhirnya terbit menyinari bumi yang semalam diguyur hujan tanpa henti. Dinginnya ruangan membuat beberapa personil keluar masuk kamar mandi, dan jelas, engga mau pergi sendiri lantaran cerita pak ketua yg menyebutkan bahwa sekolah ini angker.

Hari kedua diawali dengan sarapan nasi goreng + telor mata sapi + sosis, dan dilanjutkan pada materi berikutnya: Astrofotografi, oleh kak rayhan (HAAJ). Para peserta pun diperbolehkan membawa kamera nya masing2. Dan ya, anak-anak ini termasuk anak2 gaul loh soal fotografi hehehe.

Walaupun banyak peserta yang terlihat ngantuk (termasuk anggota FPA juga), sesi astrofotografi ini juga termasuk sukses menjaring minat para peserta dalam astronomi, terutama astrofotografi. Guyonan ringan dari ka rey pun cukup menyenangkan hati bagi mereka yang tidak mengerti haha.

Astrofotografi merupakan acara terakhir dari semua rangkaian star party yang diadakan sejak jumat siang. Teleskop Skywatcher dan Vixen NA Porta sudah siap dibungkus ke dalam tempatnya semula. Sesi terakhir merupakan sesi foto2 bersama. Ini dia penampakannya:

Selesai berberes, jemputan pun datang. Senyuman rasanya menjadi sesuatu yang pantas untuk dipasang selepas keluar dari tempat ini (setidaknya sampai rumah haha). Entah apa anggapan orang-orang tentang seberapa sukses acara ini, namun hasil perdana ini merupakan suatu hal yg patut dibanggakan bagi kami, para pelajar astronomi. Selamat berjumpa pada posting berikutnya :DD

special thanks to:
1. Tuhan YME
2. icha, untuk foto2 nya
3. guru smp PL dan para staf pendukungnya, sehingga acara berjalan dengan aman dan lancar
4. para FPA-ers yg menyempatkan diri untuk hadir di acara ini, terutama tri yg dikejer2 sama abah kalkulus (haha sabar ya)

writer: arreza

Saturday 4 December 2010

Resenci Buku: Kontak - Carl Sagan (Translate Indonesia)

Judul: Kontak
Judul Asli: Contact
Penulis: Carl Sagan
Alih Bahasa: Anang H Sutopo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 1997

Adakah kehidupan lain di luar Bumi? Pertanyaan ini menarik tidak hanya bagi para ilmuwan tapi juga orang awam. Seorang ilmuwan suatu ketika pernah menyatakan, kerinduan makhluk bumi terhadap "saudaranya" di luar sana disebabkan kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial yang takut akan kesendirian.

Begitu menariknya topik ini tidak jarang melahirkan inspirasi bagi beberapa orang untuk mengekspresikannya dalam bentuk karya seni. Carl sagan, seorang fisikawan dan astronomer terkenal, adalah salah satunya. Menjelang wafat, Sagan sempat menyusun novel berjudul "Kontak" (Contact) yang kemudian dibuat dalam versi layar lebar dengan judul sama dan dibintangi si artis cerdas, Jody Foster.

Tema sentral novel ini memang berkisar tentang upaya tak kenal lelah manusia mencari peradaban lain di luar Bumi, namun Sagan cukup cerdik memilih perempuan (Ellie) sebagai tokoh utamanya. Dengan begitu, "Kontak" juga menyajikan lebih banyak konflik menarik, seperti konflik seputar eksistensi Ellie di tengah-tengah dominasi ilmuwan laki-laki serta kisah cintanya yang beberapa kali kandas karena keinginan kuatnya untuk terus menuntut ilmu.

Hal lain yang membuat novel ini menarik adalah konflik seputar tumbuhnya kesadaran spiritual dalam diri Ellie setelah berakhirnya upaya menemui sang "saudara baru". Sebelumnya Ellie digambarkan sebagai seorang ilmuwan yang memiliki kecenderungan atheis. Ia bersinggungan dengan rohaniwan yang terus mengejarnya dengan keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan. Namun begitu, Sagan tidak menggiring pembaca untuk berpihak pada si rohaniwan, Mr. Rankin. Sagan justru -lewat Ellie- dengan lugas menyikapi keyakinan-keyakinan terhadap agama yang merugikan ilmu pengetahuan.

"Apa pun yang tidak kau mengerti, Mr. Rankin, kaukaitkan dengan Tuhan. Tuhan bagimu adalah tempat kau menyapu semua misteri dunia, semua tantangan terhadap kecerdasanmu. Kaukunci pikiranmu, dan dengan mudah kau katakan bahwa Tuhan yang melakukannya." (halaman 231).

Dalam novel ini, Sagan juga memperlihatkan sikap kritisnya terhadap sistem pembelajaran, pandangan serta kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan khususnya fisika.

Situasi membuatnya (Ellie) setuju menerima cara belajar dengan menghafal, tapi ia tahu pendidikan seperti itu hanya merupakan selongsong kosong tanpa isi (halaman 30).

Adalah picik kalau kita menganggap kita sudah mengetahui seluruh hukum fisika. Nanti di masa depan akan ada fisika abad ke21, fisika abad ke-22 dan fisika millenium keempat (halaman 47).

Bagi makhluk-makhluk kecil seperti kita ini, kebesaran alam semesta hanya bisa dihadapi dengan cinta (halaman 586).

Novel Kontak bisa dikatakan novel bernuansa sains yang lengkap. Bumbu-bumbu konflik kemanusiaan yang tersaji mengandung banyak sekali hikmah. Tentu saja, dalam novel ini memang banyak istilah-istilah fisika yang mungkin sedikit mengganggu awam yang membacanya. Tapi, bagi yang ingin mengetahui artinya, tak perlu khawatir, karena Sagan mencantumkan pengertiannya dalam bentuk catatan kaki.

Source: Internet

Tuesday 14 September 2010

Astronomy Of The Ancients

Ancient cultures have long been interested in the motions of the stars and planets. Many of them constructed calenders of one form or another (such as Stonehenge) to predict seasons. Certainly the heavens held religious significance for many peoples. At the same time, the regularity of the sky patterns and motions were useful for predictive purposes - the dry and rainy seasons. These cultures were concerned with survival issues.

The ancient Greeks moved astronomy from purely predictive uses to something akin to modern science. The Greeks suggested models for motions in the sky, and some of the ideas were testable. Here are few selected highlights from Greek contributions:

1.) Pythagorus

Considered the Earth, sun, and planets to move around a central "hearth".

2.) Aristotle

Offered arguments for Earth Sphericity. One was that Earth's shadow against the moon was always curved, and never stripe as might be expected from a flat Earth casting a shadow when on edge. A stronger argument (I think) was that people at different latitudes saw different constellations.

3.) Aristarchus

Applied Euclid's geometry to Astronomy. Made predictions for the relative sizes and distances of the moon and sun. Claimed that the earth went around the sun. Quite a modern view really. However, this Sun-Centered claim was reject by his contemporaries because of the failure to observe stellar parallax (the apparent shift in a star's position because the Earth is moving in space around the Sun).

This is a valid reason for rejecting that claim. What his contemporaries failed to appreciate was the possibility that stars are so far away, that parallax could not be seen with the human eye (which turns out to be the case!)

4.) Erastothenes

Estimated the circumference on the earth from a shadow experiment.

5.) Hipparchus

Invented the magnitude system. He also measured the precession of the Earth. This precession is like the wobble of a spinning top. The Earth's rotation axis is fixed at 23.5 degree but drifts in its orientation, executing a slow circular path in the sky. The North star of today will not always be the North Star. The period is about 26,000 years.

6.) Ptolemy

Represents the culmination of Greek thought at his time. The motions of Sun, Moon, planets, and stars were understood to be real motions of bodies around the Earth, or a geocentric model. Greeks required that the bodies move along circular paths (because circles are perfect) with uniform motion (constant speed).

The problem is that planets show retrograde motion, meaning that they sometimes "back up" and go in reverse the sky, and then go forward (prograde) again. That is impossible for circular motion at fixed speed. So the Ptolemaic and shifted circles to help account for retrograde motions of planets in the sky. These complicated models were described in a book called "The Almagest".